Tuesday, June 2, 2015

12345678910111213141516

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA


Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.
Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi
Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas
o hidung
o faring
o trakea
o bronkus
o bronkiouls
o paru-paru





Rongga Hidung
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.
Pangkal Tenggorok
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
Batang tenggorok
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).
Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut dibatasi oleh siuatu sekat disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas, gelambir tengah dan gelambir bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas dan gelambir bawah. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput paru-paru (pleura).
Alveolus dalam paru-paru jumlahnya sangat banyak, lebih kurang 300 juta alveolus. Luas permukaan seluruh alveolus diperkirakan 100 kali lebih besar daripada permukaan tubuh. Alveolus dikekelingi pembuluh-pembuluh kapiler darah.
Pertukaran Gas dalam Alveolus
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.
Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan karnbondioksida keluar.
Proses Pernapasan
Bernapas meliputi dua proses yaitu menarik napas atau memasukkan udara pernapasan dan mengeluarkan napas atau mengeluarkan udara pernapasan. Menarik napas disebut inspirasi dan mengeluarkan napas disebut ekspirasi.
Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan diafragma melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi mengembang. Hal ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot diafragma, otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga dada mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.
Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada menjadi berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya melalui saluran pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru mengembang.
Pengeluaran napas disebabkan karena melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke arah dalam, akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar melewati saluran pernapasan.
Kapasitas Paru-paru
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 nl. Setelah kita melakukan inspirasi biasa, kita masih bisa menarik napas sedalam-dalamnya. Udara yang dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa disebut udara komplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml. Setelah kita melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa menghembuskan napas sekuat-kuatnya. Udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi biasa disebut udara suplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml.
Walaupun kita mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat-kuatnya ternyata dalam paru-paru masih ada udara disebut udara residu. Volume udara residu lebih kurang 1500 ml. Jumlah volume udara pernapasan, udara komplementer, dan udara suplementer disebut kapasitas vital paru-paru.


Sistem Pernapasan Hewan

Burung
Burung mempunyai saluran pernapasan yang terdir atas lubang hidung, trakea, bronkus dan paru-apru. Pada bagian bawah trakea terdapat alat suara disebut siring. Burung mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut pundi-pundi udara yang berhubungan dengan paru-paru. Fungsi pundi-pundi udara antara lain untuk membantu pernapasan dan membantu membesarkan rongga siring sehingga dapat memperkeras suara. Proses pernapasan pada burung terjadi sebagai berikut. Jika otot tulang rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah. Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam pundi-pundi udara. Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga udara dari pundi-pundi udara keluar melalui paru-apru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru.

Reptil
Reptil bernapas dengan paru-paru. Pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida terjadi di dalam paru-paru. Keluar masuknya udara dari dan keluar paru-paru karena adanya gerakan-gerakan dari tulang rusuk. Saluran pernapasan terdiri dari lubang hidung, trakea, bronkus dan paru-paru.

Katak
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atau perubahan bentuk. Pada waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat. Mula-nula berudu bernapas dengan insang luar yang terdapat di bagian belakang kepala. Insang tersebut selalu bergetar yang mengakibatkan air di sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut dalam air berdifusi di dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang.
Setelah beberapa waktu insang luar ini akan berubah menjadi insang dalam dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke belakang sehingga menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat, pernapasannya dengan paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat berdifusi dalam rongga mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan juga melalui kulit.

Ikan
Ikan mas bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala. Masing-masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang (operkulum). Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida dikeluarkan. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada lembaran insang.
Serangga mempunyai sitem pernapasan yang disebut sistem trakea. Oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh untuk oksidasi tidak diedarkan oleh darah tetapi diedarkan oleh trakea yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang kecil trakea yang menembus jaringan tubuh disebut trakeolus. Masuknya udara untuk pernapasan tidak melalui mulut melainkan melalui stigma (spirakel).


Proses pernapasan pada serangga terjadi sebagai berikut. Dengan adanya kontraksi otot-otot tubuh, maka tubuh serangga menjadi mengembang dan mengempis secara teratur. Pada waktu tubuh serangga mengembang, udara masuk melalui stigma, selanjutnya masuk ke dalam trakea, kemudian ke dalam trakeolus dan akhirnya masuk ke dalam sel-sel tubuh. Oksigen berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. Karbondioksida hasil pernapasan dikeluarkan melalui sistem trakea juga yang akhirnya dikeluarkan melalui stigma pada waktu tubuh serangga mengempis.

Cacing Tanah
Cacing tanah tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir, sehingga kulit tubuhnya menjadi basah dan lembab. Oksigen yang diperlukan oleh tubuhnya masuk melalui seluruh permukaan tubuh secara difusi. Pengeluaran karbon dioksida juga melalu permukaan tubuh.

Protozoa
Protozoa tidak mempunyai alat pernapasan khusus untuk memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen masuk ke dalam sel malalui selaput plasma secara difusi. Demikian juga karbon dioksida dari dalam sel deikeluarkan melalui selaput plasma.

Sistem pernapasan

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan.
Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernafasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
  1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Pernapasan perut
Pernapasan perut adalah pernafasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
  1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

     Sistem pernapasan atas

Sistem pernapasan atas

 Saluran pernapasan atas merujuk pada bagian-bagian tersebut pada saluran pernafasan;
  • hidung

  • tenggorokan, faring dan laring

Infeksi saluran pernafasan atas adalah salah satu infeksi yang paling umum terjadi di dunia.Hidung adalah tempat dimulainya proses pernapasan. Di hidung terdapat Rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke hidung agar udara tersebut bersih dan tidak kotor.Pada tenggorokan terdapat batang tenggorokan, di batang tenggorokan tersebut terdapat katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup saluran pernapasan.Batang tenggorokan kemudian terbagi menjadi bua yang disebut dengan bronkus, bronkus berfungsi sebagai jalannya udara menuju paru-paru. Di paru-paru, bronkus berkambang menjadi lebih banyak, atau disebut juga bronkiolus. Bronkiolus berakhir alveolus atau gelembung paru-paru. Di alaveolus atau gelembung paru-paru terjadi pertukan oksigen dan karbondioksida. Alveolus sang mudah robek karena hanya terdiri dari satu pembuluh darah.

Proses Sistem Pernapasan/Respirasi Pada Manusia/Orang
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada
- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
- Tulang rusuk terangkat ke atas
- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
- Diafragma datar
- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
2. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2
12345678910111213141516

BEDAH BUKU SINTAKSIS MEMAHAMI SATUAN KALIMAT PERSPEKTIF FUNGSI

  • Judul                    : SINTAKSIS Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi
  • Pengarang             : Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan
  • Penerbit                : Bumi Aksara
  • Cetakan                 : Ke-1
  • Tahun terbit          : 2014
  • Bahasa                   : Indonesia
  • Jumlah halaman    : 238 halaman
  • Kertas isi               : HVS
  • Cover                     : Soft
  • Ukuran                   : 14 x 21 cm
  • Berat                      : 400 gram

Bab 2
Pengertian Sintaksis dan Konsep Dasarnya
1.  Sintaksis adalah bagian dari subsistem tata bahasa menelaah hubungan fungsi antarsatuan sintaksis, mulai dari kata hingga wacana, serta makna yang diperoleh dari hubungan tersebut. Hubungan dalam klausa dan kalimat bersifat predikatif, sedangkan hubungan dalam frasa bersifat nonprediktif.
2.     Satuan bahasa yang dikaji dalam sintaksis adalah kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
3.     Hubungan fungsional dapat terpahami dengan baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu urutan kata, kelekatan unsur-unsur, intonasi, dan fungtor.

Bab 3
Pengertian Frasa dan Hubungan Fungsi dalam Frasa
1.     Frasa adalah satuan sintaksis yang tersusun atas dua kata atau lebih.
2.     Konstruksi frasa berhubungan secara fungsional. Hubungan fungsi frasa dapat berupa hubungan inti dan pewatas atau hubungan perangkai dari sumbu.
3.     Konstruksi frasa tidak melebihi batas fungsi. Artinya, tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Frasa itu selalu terdapat dalam unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau K.
4.     Konstruksi frasa bersifat nonprediktif.
5.     Frasa dapat tersusun dari kata dan kata,
Contoh seminar  nasional
                Kata            Kata 
6.     Frasa juga dapat tersusun dari kata dan frasa,
Contoh beberapa  mahasiswa Cina
                    Kata                    frasa
7.     Frasa juga dapat tersusun dari frasa dan frasa,
Contoh seminar nasional  bahasa Indonesia
                             Frasa                          frasa
Bab 4
Frasa Nominal
1.     Dalam frasa nominal, yang berfungsi sebagai inti (unsur pusat) adalah nomina.
2.     Hubungan masing-masing unsur dalam frasa nominal
a.     Pewatas depan
ü  Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan numeralia sebagai pewatas, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FN: Num + N
Pewatas
Inti
Makna
Enam mahasiswa
Enam
Mahasiswa
Kuantitas (jumlah)
Tiga petani
Tiga
Petani
Kuantitas(jumlah)
Kelima hakim (itu)
Kelima
Hakim
Himpunan
Ketiga petani (ini)
Ketiga
Petani
Himpunan

ü  Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti danadverbial sebagai pewatas, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FN: Adv + N
Pewatas
Inti
Makna
Buka halangan
Bukan
Halangan
Ingkar
Tanpa bunga
Tanpa
Bunga
Ketiadaan
Semua dosen
Semua
Dosen
Jumlah
Sejumlah pendapat
Sejumlah
Pendapat
Jumlah

b.     Pewatas belakang
ü  Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dannomina sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FN: N + N
Inti
Pewatas
Makna
Orang desa
Orang
Desa
Lokatif
Cincin emas
Cincin
Emas
Asal bahan
Rumah paman
Rumah
Paman
Milik
Minyak rambut
Minyak
Rambut
Maksud/pengkhususan

ü  Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti danadjektiva sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FN: N + Adjektiva
Inti
Pewatas
Makna
Gadis cantik
Gadis
Cantik
Keadaan
Perwira menengah
perwira
menengah
Derajat
Ikan pedas
Ikan
Pedas
Rasa
Meja bundar
Meja
Bundar
Bentuk

ü  Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti danverba sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FN: N + Verba
Inti
Pewatas
Makna
Ruang kerja
Ruang
Kerja
Tempat
Uang jajan
Uang
Jajan
Peruntukan
Ikan bakar
Ikan
Bakar
Yang di…
Juru rawat
Juru
Rawat
Yang bisa melakukan

ü  Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan numeralia sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FN: N + Numeralia
Inti
Pewatas
Makna
Kuliah pertama
Kuliah
Pertama
Tingkat
Anak kedua
Anak
Kedua
Tingkat

ü  Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan adverbia sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FN: N + adverbia
Inti
Pewatas
Makna
Orang tadi
Orang
Tadi
Waktu
Teh saja
Teh
Saja
Pembatasan

ü  Hubungan fungsional antara nomina sebagai inti dan determinan (ini/itu) sebagai pewatasnya, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FN: N + ini/itu
Inti
Pewatas
Makna
Presiden ini
Presiden
Ini
Penentu
Dosen itu
Dosen
Itu
Penentu

Bab 5
Frasa Verbal
1.     Frasa verbal adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang dapat menggantukan kategori verba. Verba berfungsi sebagai inti.
2.     Hubungan masing-masing unsur dalam fase verbal
a.     Hubungan fngsional antara adverbia sebagai  pewatas depan dan verba sebagai inti, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FV: adv + V
Pewatas
Inti
Makna
Lagi mandi
Lagi
Mandi
Waktu
Hendak berangkat
Hendak
Berangkat
Waktu
Belum makan
Belum
Makan
Keselesaian
Sudah berangkat
Sudah
Berangkat
Keselesaian

b.     Hubungan fungsional antara verba sebgai inti dan adverbial sebagai pewatas, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FV: V + Adv
Inti
Pewatas
Makna
Datang lagi
Datang
Lagi
Berulang
Menulis kembali
Menulis
Kembali
Berulang
Menonton saja
Menonton
Saja
Pembatasan
Pergi juga
Pergi
Juga
Ikut serta

c.     Hubungan fungsional antara verba sebagai inti dan nomina sebagai pewatas. Contoh: uji materi. Kata uji termasuk verba yang berfungsi sebagai inti, sedangkan materi termasuk nomina yang berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari konstruksi ini adalah sifat.
d.     Hubungan fungsional antara verba sebagai inti dan adjektiva sebagai pewatas. Contoh: menulis indah. Kata menulis termasuk verba yang berfungsi sebagai inti, sedangkan indah termasuk adjektiva yang berfungsi sebagai pewatas, makna gramatikal dari konstruksi ini adalah sifat.
3.   Frasa verbal dapat diperluas dengan menambah adverbia yang berfungsi sebagai pewatas depan dan pewatas belakang.

Bab 6
Frasa Adjektival
1.     Frasa adjektival adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang dapat menggantika kategori adjektiva. Adjektiva berfungsi sebagai inti.
2.     Hubungan fungsional antarunsur dalam frasa adjektival dan makna gramatikalnya
a.     Hubungan fungsional antara adverbia sebagai pewatas depan dan adjektiva sebagai inti, serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
FAdj: adv + Adj
Pewatas
Inti
Makna
Lebih pintar
Lebih
Pintar
Komparatif (tingkat tinggi)
Kurang pintar
Kurang
Pintar
Komparatif (tingkat rendah)
Paling pintar
Paling
Pintar
Superlatif
Sangat pintar
Sangat
Pintar
Elatif (tingkat tinggi)

b.     Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai inti danadverbia sebagai pewatas belakang.
FAdj: adj + Adv
Inti
Pewatas
Makna
Lagi
Sakit
Lagi
Perulangan
Kembali
Aman
Kembali
Perulangan
Juga
Miskin
Juga
Penyertaan
Saja
Malas
Saja
Pembatasan

c.     Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai inti dannomina sebagai pewatas belakang. Contoh: gagah perwira. Kata gagah termasuk adjektiva yang berfungsi sebagai inti, sedangkan kata perwira termasuk nomina yang berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari konstruksi ini adalah menyerupai.
d.     Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai inti dan adjektiva sebagai pewatas belakang. Contoh: hijau tua. Kata hijau termasuk adjektiva yang berfungsi sebagai inti, sedangkan kata tua termasuk adjektiva juga, tetapi berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari konstruksi ini adalah jenis.
e.     Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai inti dan verba sebagai pewatas belakang. Contoh: berani tempur. Kataberani termasuk adjektiva yang berfungsi sebagai inti, sedangkan kata tempur termasuk verba yang berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari konstruksi ini adalah untuk.
f.      Hubungan fungsional antara dua kata berbentuk adjektiva yang keduanya berfungsi sebagai inti. Contoh: gelap gulita. Kata gelap dan gulita termasuk adjektiva. Keduanya saling melengkapi.
3. Frasa adjektival dapat diperluas dengan menambah pewatas, baik pewatas depan, maupun pewatas belakangnya.

Bab 7
Frasa Numeralia
1.     Frasa numeralia adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih, yang dapat menggantikan kategori numeralia. Numeralia sebagai inti.
2.     Hubungan fungsional antarunsur dalam frasa numeralia dan makna gramatikalnya.
a.     Hubungan fungsional antara numeralia sebagai inti dan katapenggolong sebagai pewatas. Contoh: empat ekor. Kata empattermasuk numeralia yang berfungsi sebagai inti, sedangkan kata ekor termasuk kata penggolong yang berfungsi sebagai pewatas.
b.     Hubungan fungsional antara numeralia sebagai inti danadverbial sebagai pewatas depan. Adverbia yang bisa mengisi fungsi in adalah hanya, hampir, sudah, dan sedikitnya.
c.     Selain berfungsi sebagai pewatas depan, ada adverbial yang dapat berfungsi sebagai pewatas belakang., yaitu saja.Contoh: lima saja. Kata lima sebagai inti dan kata sajasebagai pewatas.
d.     Hubungan fungsional antara numeralia sebagai inti dan kata gugus belas, puluh, ratus, ribu, juta, biliun, triliun, miliarsebagai pewatas belakang.
e.     Hubungan fungsional antara dua kata yang berbentuk numeralia. Keduanya berfungsi sebagai inti.
3.     Frasa numeralia dapat diperluas ke kanan atau ke kiri dengan menambahkan unsur-unsur pewatas pada numeralia inti.

Bab 8
Frasa Pronominal
1.     Frasa pronominal adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang dapat menggantikan kategori pronomina. Pronomina sebagai inti.
2.     Hubungan fungsional antrunsur dalam frasa pronominal dan makna gramatikalnya
a.     Hubungan fungsional antara pronomina sebagai inti dannumeralia kolektif sebagai pewatas belakang. Contoh: kita berempat. Kata kita termasuk pronominal yang berfungsi sebagai inti, sedangkan kata berempat termasuk numeralia kolektif yang berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari konstruksi ini adalah himpunan.
b.     Hubungan fungsional antara pronomina sebagai inti dan determinan (ini/itu) sebagai pewatas belakang. Contoh: kami itu. Kata kami termasuk pronominal yang berfungsi sebagai inti, sedangkan kata itu termasuk determinan yang berfungsi sebagai pewatas. Makna gramatikal dari konstruksi ini adalah penentu.
c.     Hubungan fungsional antara pronomina sebagai inti danadverbia sebagai pewatas belakang. Adverbia yang dapat berfungsi sebagai pewatas dalam konstruksi frase ini adalahsaja, sendiri, dan lagiSaja dan sendiri membentuk makna gramatikal pembatas, sedangkan lagi membentuk makna gramatikal pengulangan.
d.     Ada juga adverbia yang dapat berfungsi sebagai pewatas depan yaitu hanya. Contoh: hanya saya. Kata hanyaberfungsi sebagai pewatas depan, sedangkan kata sayaberfungsi sebagai inti. Makna gramatikalnya adalahpembatas.
3.     Frasa pronominal dapat diperluas ke kanan atau ke kiri dengan menambahkn unsur-unsur pewatas pada pronomina inti.
4.     Frasa pronominal dapat diperluas dengan penambahan frasa pronominal yang bersungsi sebagai apositif.

Bab 9
Frasa Adverbial
1.     Frasa adverbial adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan adverbia yang berfungsi sebagai inti dan nomina, demonsrativa (ini/itu), atau adverbia (saja, lagi) yang berfungsi sebagai pewatas.
2.     Hubungan fungsional antarunsur dalam frasa adverbial dan makna gramatikalnya:
a.     Hubungan fungsional antara adverbia sebagai inti dan nomina sebagai pewatas belakang. Contoh:
Tadi malam  à tersusun atas adverbia tadi sebagai inti dan nomina malam sebagai pewatas belakang. Makna gramatikalnya adalah waktu.
b.     Hubungan fungsional antara adverbia sebagai inti dan determinan (ini/itu) sebagai pewatas belakang. Contoh:
Sekarang ini à tersusun atas adverbia sekarang sebagai inti dan determinan ini sebagai pewatas belakang. Makna gramatikalnya adalah penentu.
c.     Hubungan fungsional antara adverbia sebagai inti danadverbia sebagai pewatas belakang. Contoh:
Sekarang saja à tersusun atas adverbia sekarang sebagai inti dan adverbia saja sebagai pewatas belakang. Makna gramatikalnya adalah pembatas.
3.     Frasa adverbial dapat diperluas ke kanan dengan menambahkan unsur-unsur pewatas pada adverbia ini. Contoh: sekarang, sekarang ini, sekarang ini saja, bukan sekarang ini saja.

Bab 10
Frasa Preposisional
1.     Frasa preposisional merupakan frasa eksosentris, tidak terdiri atas inti dan pewatas, tetapi terdiri atas perangkai dari sumbu. Preposisi berfungsi sebagai perangkai, sedangkan jenis kata yang berfungsi sebagai sumbu adalah nomina, adjektiva, atau adverbia.
2.     Hubungan fungsional antarunsur dalam frasa preposisional dan makna gramatikalnya. Preposisi menandai berbagai makna. Dalam frasa di suriah, preposisi menandai hubungan makna keberadaan di suatu tempat; dalam frasa sampai penuh preposisi menandai hubungan makna keadaan; dan dalam frasa dengan segerapreposisi menandai hubungan makna cara. Kridalaksana (1985: 118) menyebutkan makna dari frasa preposisional sebagai berikut.
a.     Tempat: di, pada
b.     Arah atau peralihan: ke, dari, kepada, terhadap
c.     Perihal: tentang, akan
d.     Tujuan: untuk, buat
e.     Sebab: karena, lantaran
f.      Asal: dari
g.     Penjadian: oleh
h.     Kesertaan: dengan
i.      Cara: dengan
j.      Alat: dengan
k.     Penyamaan atau perbandingan: sesuai dengan, selaras dengan, seperti, sebagai
l.      Keberlangsungan: sejak, sampai
3.     Frasa preposisional dapat diperluas ke kanan dengan menambahkan unsur-unsur sumbu pada preposisi yang berfungsi sebagai perangkai.

Bab 11
Klausa
1.     Klausa adalah konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi, berintonasi datar pada ragam lisan, atau tanpa bertanda baca pada ragam tulis.
2.     Struktur klausa









3.     Secara semantik, klausa terbentuk oleh hubungan antara predikator dan argumen.
4.     Fungsi yang menandai hubungan antarunsur dalam klausa dapat dipahami melalui tiga tataran, yaitu fungsi semantik, fungsi sintaksis, fungsi pragmatic. Ketiga fungsi ini disebut fungsi internal klausa atau fungsi internal kalimat.

Bab 12
Fungsi Semantik Klausa
1.     Fungsi semantik adalah relasi antara predicator dengan argumennya dalam suatu klausa.
2.     Struktur logika semantik verba
a.     Verba yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Contoh:Prajurit TNI berbaris di lapangan.
b.     Verba yang menyatakan proses, yaitu perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lain. Contoh: Rambut anak itu memutih.
c.     Verba yang menyatakan keadaan. Contoh: Anak itu sukapisang.
d.     Verba yang menyatakan pengalaman. Contoh: merekamendengar suara itu.
e.     Verba rasional, yakni verba yang menghubungkan antara berbagai argument dalam struktur klausa. Contoh: diaadalah adik kandung saya.
f.      Verba yang menyatakan “adanya” sesuatu. Contoh: adapolemik dalam tubuh partai itu.
g.     Verba semelfaktif adalah verba yang mengacu pada peristiwa-peristiwa yang keberadaannya tergantung pada durasi singkat. Contoh: anak itu bersin.
3.     Struktur logika verba biasanya dituliskan dengan cara V = predikat (x) atau (x,y). Berikut ini adalah struktur logika verba.
a.     Verba perbuatan = predikat (x), (x,y) atau (x,y,z). Contoh: miftah menyapu lantai.
b.     Verba proses = predikat (x). Contoh: rambut anak itumemutih.
c.     Verba keadaan = predikat (x) atau (x,y). Contoh: kucing itusudah mati.
d.     Verba pengalaman = predikat (x) atau (x,y). Contoh: merekamendengar suara itu.
e.     Verba relasional = predikat (x,y). Contoh: Tokyo adalahibukota Jepang.
f.      Verba eksistensial = predikat (x,y). Contoh: ada polemik dalam tubuh partai itu.
g.     Verba semelfaktif = predikat (x) atau (x,y). Contoh: anak itubersin.
5.     Peran semantik
a.     Peran semantik khusus
Peran semantik khusus adalah peran yang berhubungan dengan posisi argument yang terdapat pada struktur logika predikator.
ü  Peran semantic predicator
·      Perbuatan. Contoh: DPR merevisi UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Institusi
·      Proses. Contoh: masalah sosial merebak
·      Keadaan. Contoh: masyarakat fobia pada nuklir
·      Pengalaman. Contoh: anggota Pansus mendengarpengakuan saksi
·      Relasional. Contoh: antelop merupakan hewan suci masyarakat Afrika
·      Eksistensial. Contoh: ada peletakan batu permata
·      Semelfaktif. Contoh: penggelembungan harga pasar mengejutkan rakyat
·      Posisi. Contoh: lukisan itu di atas batu cadas
·      Lokasi. Contoh: lukisan Goa di Sulawesi Selatan
·      Identitas. Contoh: penyakitnya hepatitis
·      Kuantitas. Contoh: tugasku sangat banyak
ü  Peran semantic argumen
·      Pelaku. Contoh: DPR merevisi UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Institusi
·      Sasaran. Contoh: DPR merevisi UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Institusi
·      Hasil. Contoh: seharusnya, bulan ini petani menanam padi
·      Pengalaman. Contoh: masyarakat fobia pada nuklir
·      Peruntungan. Contoh: pianis Ananda Sukirlan sedang mencarikan siswanya piano
·      Jangkauan. Contoh: kejahatan dunia maya meliputi pembajakan digital, peretasan computer, pelecehan seksual, dan lain-lain.
·      Ukuran. Contoh: rumahnya berjarak lima ratusmeter dari kantor pajak
·      Pokok. Contoh: lukisan itu di atas batu cadas
·      Identitas. Contoh: istrinya adalah seorang pengusaha
ü  Peran semantic perifral
·      Tempat. Contoh: ada masalah distribusi PNS di daerah-daerah
·      Waktu. Contoh: jumlah PNS mencapai 4.708.330 orang per Mei 2011
·      Asal. Contoh: pengusaha itu kebanyakan dari Cina
·      Alat. Contoh: dia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan piano
·      Penyerta. Contoh: bersama anaknya, ia mengadukan nasib ke komnas HAM
·      Perihal. Contoh: DPR merevisi UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Institusi
·      Tujuan. Contoh: renegosiasi perlu dilakukandemi perbaikan pengelolaan sumber daya pertambangan
·      Sebab. Contoh: dua SPBU di Balikpapan tutupkarena sepi
·      Peralihan. Contoh: warga beralih profesi dari petani ke pengumpul mangan
·      Arah. Contoh: saat ini, industry pertanian dikembangkan ke sektor rambutan
·      Cara. Contoh: yang pasti, penawaran pensiun dini harus direncanakan dengan sebaik-baiknya
·      Keterangan perbandingan/kemiripan. Contoh: semua bentuk tingkah laku kita bergerak seperti pola pikir kita
·      Keterangan kesalingan. Contoh: sesama anggota partai tak seharusnya beradu mulut antara satu sama lain
·      Keterangan kepastian. Contoh: yang pasti, penawaran pensiun dini harus direncanakan dengan sebaik-baiknya
·      Keterangan harapan. Contoh: mudah-mudahan, pemilu 2014 berlangsung secara jujur dan adil
·      Keterangan kesangsian. Contoh: barangkali, kami harus mempekerjakan PNS sesuai kebutuhannya
b.     Peran semantik makro
Peran semantik makro adalah peran yang bersifat umum. Ada dua peran semantic makro: aktor dan undergoer.
ü  Contoh: Klausa aktif
Pemerintah         perlu menetapkan         kebijakan strategis
    Pelaku                   Perbuatan                        Sasaran
                    Aktor                                                                   Undergoer
                    S                               P                                                 O
ü  Contoh: Klausa pasif
Kebijakan strategis          perlu ditetapkan       pemerintah
           Sasaran                              Perbuatan                      Pelaku
          Undergoer                                                         Aktor
                 S                                   P                               O

Bab 13
Fungsi Sintaksis
1.     Fungsi sintaksis meliputi subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangat (K).
·      Predikat
Predikat merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai perbuatan, proses, keadaan, pengalaman, relasional, eksistensial, semelfaktif, posisi, lokasi, kuantitas, dan identitas (atribut).
a.     Jenis klausa berdasarkan kategori pengisi fungsi P
Berdasarkan kategori fungsi predikat, klausa dapat dibedakan menjadi (1) klausa verbal, (2) klausa nominal, (3) klausa adjectival, (4) klausa numeral, (5) klausa preposisional.
1)    Klausa verbal
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba atau frasa verbal. Ada verba berjenis intransitive, semitransitif, dan verba transitif.
a)       Predikat berverba intransitif
Verba intransitive adalah verba yang tidak berobjek. Struktur klausa verbal intransitif ini bisa berpola:
·      S + P
·      S + P + Pel
·      S + P + K
b)       Predikat berverba semitransitif
Verba semitransitif adalah verba yang objeknya boleh ada atau tidak. Struktur klausa verbal semitransitif dapat berpola:
·      S + P
·      S + P + O
c)       Predikat berverba transitif
Verba transitif adalah verba yang memerlukan objek. Verba ini terbagi atas verba ekatransitif dan dwitransitif.
Struktur klausa pada ekatransitif dapat berpola:
·        S + P + O
·        S + P + O + K
                                Struktur klausa pada predikat berverba dwitransitif dapat berpola:
·        S + P + O + Pel
·        S + P + O + K
2)    Klausa nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frasa nominal. Klausa ini hanya memiliki dua unsur wajib, yaitu subjek dan predikat.
3)    Klausa adjektival
Klausa adjektival adalah klausa yang predikatnya berupa adjektiva atau frasa adjektiva. Klausa ini hanya memiliki dua unsur wajib, yaitu subjek dan predikat.
4)    Klausa numeral
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa numeral atau frasa numeral.
5)    Klausa preposisional
Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frasa preposisional.
·      Subjek
Subjek merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai pelaku, pengalaman, peruntung, ukuran, dan pokok.
·      Objek
Objek merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai sasaran, hasil, dan peruntung.
·      Pelengkap
Pelengkap merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai sasaran, hasil, jangkauan, identitas, dan ukuran.
·      Keterangan
Keterangan berfungsi memberikan penjelasan tambahan bagi unsur inti.

Bab 14
Fungsi Pragmatik
1.     Fungsi pragmatik  menandai status informasi dari sebuah konstituen. Beberapa hal yang terkait dengan status informasi adalah (1) informasi baru dan informasi lama, (2) informasi yang paling penting (fokus) dan informasi pendukung (latar).
1)    Informasi baru dan informasi lama
Informasi lama merupakan informasi yang sudah diketahui bersama, sedangkan informasi baru merupakan pengembangan informasi yang ditambahkan pada informasi lama.
2)    Fokus dan latar
Fokus adalah unsur klausa yang mengandung informasi paling penting, sedangkan latar adalah unsur klausa yang hadir setelah fokus.

Bab 15
Kalimat
1.     Kalimat dapat di bentuk oleh kata, frasa, dan klausa.
2.     Hubungan fungsi dalam kalimat
1.     Fungsi internal kalimat
·    Fungsi semantik
Fungsi semantik berhubungan dengan relasi antara predikator dengan argumennya dalam suatu klausa
·    Fungsi sintaksis
Fungsi sintaksis berhubungan dengan relasi gramatikal suatu klausa
·    Fungsi pragmatik
Fungsi pragmatik berhubungan dengan status informasi dari sebuah klausa
2.     Fungsi eksternal
Fungsi eksternal kalimat berhubungan dengan orientasi tujuan komunikasi bahasa
·    Fungsi instrumental
Fungsi ini melayanu pengelolaan lingkungan sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu
·    Fungsi regulasi
Fungsi ini berfungsi untuk mengawasi, mengatur, atau menghendaki suatu peristiwa
·    Fungsi representasional
Fungsi ini berfungsi menyampaikan fakta dan pengetahuan, membuat pernyataan, menjelaskan atau melaporkan suatu peristiwa
·    Fungsi interaksional
Fungsi interaksional untuk menjaga lancarnya hubungan sosial agar komunikasi tetap berjalan dengan baik
·    Fungsi personal
Fungsi ini digunakan seorang untuk menyatakan perasaan, emosi, dan kepribadian
·    Fungsi heuristik
Fungsi ini digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan mengenal lingkungan
·    Fungsi imajinatif
Fungsi ini digunakan untuk menciptakan sistem atau ide yang imajinatif

Bab 16
Jenis kalimat berdasarkan fungsi semantik
1.     Jenis kalimat berdasarkan fungsi semantik khusus
a.     Kalimat berpola Pelaku + Perbuatan
Contoh: Rebekah pun   mundur
b.     Kalimat berpola Pelaku + Perbuatan + sasaran
Contoh: Delapan menteri perwakilan pemerintah  mengikuti   rapat kerja DPR
c.     Kalimat berpola Pelaku + Perbuatan + hasil
Contoh: Pemerintah   berencana membangun   delapan unit rusunawa
d.     Kalimat berpola Pelaku + Perbuatan + Peruntung + Sasaran
Contoh: ASEAN   menawarkan   anggotanya    prioritas pilihan
e.     Kalimat berpola Pelaku + Perbuatan + Sasaran + Tempat/Cara
Contoh: Ia   telah memasukkan   anaknya   ke Panti Asuhan Sosial
f.      Kalimat berpola Pengalam + Keadaan
Contoh: Anaknya   kehujanan
g.     Kalimat berpola Pengalam + Keadaan + Identitas
Contoh: Umar   telah menjadi   buronan
h.     Kalimat berpola Pengalam + Keadaan + Tempat/Waktu
Contoh: Pak Husrin   tinggal   di daerah pelosok
i.      Kalimat berpola Pengalam + Proses
Contoh: Pelindung alami bumi   telah menipis
j.      Kalimat berpola Pengalam + Pengalaman
Contoh: Anak itu   mual
k.     Kalimat berpola Pengalam + Pengalaman + Sasaran
Contoh: Mereka   telah mendengar   desisan ular tersebut
l.      Kalimat berpola Pokok + Relasi + Identitas
Contoh: Indonesia   merupakan   negara agraris
m.   Kalimat berpola Eksistensi + Pokok
Contoh: Terdapat   dua asumsi dasar
n.     Kalimat berpola Pokok + Identitas
Contoh: Istrinya   seorang buronan
o.     Kalimat berpola Pokok + Kuantitas
Contoh: Tugasku   sangat banyak
2.     Jenis kalimat berdasarkan peran semantik makro
Peran semantik makro adalah actor dan undergoer. Berdasarkan peran ini, kalimat dapat diklasifikasikan atas:
a.     Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang didahului oleh peran aktor (subjek berperan sebagai pelaku atau pengalam)
b.     Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang didahului oleh undergoer (subjek berperan sebagai sasaran, hasil, atau peruntung)
c.     Kalimat aktif antipasif
Kalimat aktif antipasif adalah kalimat aktif yang tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif karena padanan pasifnya bersifat tidak wajar
d.     Kalimat pasif antiaktif
Kalimat pasif antiaktif adalah kalimat pasif yang tidak dapat diubah menjadi kalimat aktif karena peran pelakunya tidak disebutkan

Bab 17
Jenis kalimat berdasarkan fungsi sintaksis
1.     Kalimat tunggal dan kalimat majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atau satu klausa. Kalimat ini hanya mempunyai satu subjek dan satu predikat.
2.     Kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap
·      Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap, terdiri atas unsur S dan P, bahkan ada unsur O, Pel, dan K jika predikat menghendaki kehadirannya.
·      Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa tak lengkap, yaitu terdiri dari S saja, P saja, O saja, atau Ket saja. Yang termasuk ke dalam jenis kalimat tak lengkap adalah kalimat elips, kalimat sampingan, kalimat urutan, dan kalimat minor.
ü  Kalimat elips adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal
ü  Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap yang terjadi dari klausa tak lengkap dan diturunkan dari kalimat majemuk bertingkat
ü  Kalimat urutan adalah kalimat berklausa lengkap, namun mengandung konjungsi yang menunjukkan bahwa kalimat itu merupakan bagian dari kalimat lain
ü  Kalimat minor adalah kalimat tak lengkap yang memiliki intonasi final
3.     Kalimat intervensi dan kalimat permutasi
Berdasarkan susunan fungsi sintaksisnya, kalimat di klasifikasikan menjadi kalimat biasa, kalimat inversi, dan kalimat permutasi.
·      Kalimat biasa adalah kalimat yang tersusun sesuai dengan pola dasar kalimat bahasa Indonesia, yaitu S-P-(O)-(Pel)-(K) atau S mendahului P.
·      Kalimat inversi adalah kalimat yang mengharuskan predikat mendahului subjek (berpola P-S)
·      Kalimat permutasi adalah kalimat yang berpola terbalik, yaitu P-S, atau P-O-S. berbeda dengan inversi, permutasi tidak mengharuskan P-S, tetapi hanyalah merupakan salah satu gaya yang dapat dipilih dari urutan yang baku

Bab 18
Perluasan kalimat tunggal
1.     Perluasan dengan unsur keterangan
Keterangan dalam kalimat bersifat tidak wajib, dalam arti bahwa tanpa keterangan pun kalimat telah mempunyai makna sendiri.
2.     Perluasan dengan unsur vokatif
Vokatif adalah unsur tambahan dalam ujaran berupa nomina atau frasa nominal yang menyatakan orang yang disapa.
3.     Perluasan dengan unsur aposisi
Dua unsur kalimat disebut beraposisi jika kedua unsur itu sederajat dan mempunyai acuan yang sama atau, paling tidak, salah satu mencakupi acuan unsur yang lainnya.

Bab 19
Kalimat majemuk
1.     Hubungan koordinasi (majemuk setara)
Hubungan koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan setara dalam struktur kalimat. Hubungan klausa yang terbentuk secara koordinatif disebut majemuk setara.
2.     Hubungan subordinasi (majemuk bertingkat)
Hubungan subordinasi menunjukkan hubungan yang hierarkis, yakni menggabungkan dua klausa atau lebih secara bertingkat, ada yang berfungsi sebagai klausa utama dan ada yang berfungsi sebagai klausa bawahan. Karena itu, hubungan yang demikian disebut pula dengan majemuk bertingkat. Ada empat jenis klausa bawahan dalam majemuk bertingkat, yaitu (1) klausa nominal, (2) klausa adverbial, (3) klausa relatif, dan (4) klausa perbandingan.
1)    Klausa nominal adalah klausa bawahan yang biasa menduduki fungsi nomina
2)    Klausa adverbial adalah klausa yang menduduki fungsi keterangan
3)    Klausa relatif adalah klausa yang dibentuk dengan menggunakan yang untuk memperluas salah satu fungsi sintaksis S, P, O, Pel, dan K
4)    Klausa perbandingan adalah klausa yang memperbandingkan dua proposisi, satu dinyatakan pada klausa utama dan satunya lagi pada klausa bawahan
3.     Hubungan kosubordinasi
Dalam hubungan koordinasi, masing-masing klausa dapat berdiri sendiri terlepas dari rantaian kalimat majemuk.
4.     Majemuk kompleks
Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa, ada yang berhubungan secara setara (koordinatif), bertingkat (subordinatif), atau kosubordinatif.

Bab 20
Hubungan semantik antarklausa dalam kalimat majemuk
1.     Hubungan semantik dalam kalimat majemuk bertingkat
1)    Hubungan kausatif
Kausatif adalah suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa yang lain
2)    Hubungan alasan
Hubungan alasan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama
3)    Hubungan syarat
Hubungan syarat terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama
4)    Hubungan pengandaian
Hubungan pengandaian terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya meyatakan andaian terlaksananya apa yang dinyatakan klausa utama
5)    Hubungan konsesif
Hubungan konsesif terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya mengandung pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama
6)    Hubungan cara
Hubungan cara terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan cara pelaksanaan tindakan dalam klausa utama
7)    Hubungan gerakan
Hubungan gerakan terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan suatu gerakan yang menyertai klausa utama
8)    Hubungan posisi
Hubungan posisi terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan suatu cara bersikap saat melakukan tindakan yang terdapat dalam klausa utama
9)    Hubungan alat
Hubungan alat terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan alat yang digunakan untuk melakukan tindakan pada klausa utama.
10) Hubungan tindakan psikis (Psych-action)
Hubungan tindakan psikis ini terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya terjadi akibat aktivitas psikis/mental yang terdapat pada klausa utama.
11) Hubungan tujuan
Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan suatu tujuan atau maksud dari apa yang disebut dalam klausa utama.
12) Jussive: Hubungan ekspresi perintah, permintaan, dan tuntutan
Hubungan yang berupa ekspresi perintah, permintaan, atau tuntutan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya merupakan suatu perintah atau suruhan sebagaimana yang disebutkan dalam klausa utama.
13) Persepsi langsung
Hubungan persepsi langsung terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa utamanya merupakan tindakan pengindraan langsung yang dialami oleh subjek, tanpa diperantarai oleh tindakan lain.
14) Persepsi tak langsung
Hubungan persepsi tidak langsung merupakan kebalikan dari persepsi langsung.
15) Penyikapan awal
Hubungan penyikapan awal terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannnya merupakan hasil ekspresi subjek (pada klausa utama) dalam menyikapi suatu keputusan atau pendapat tentang suatu peristiwa tertentu.
16) Kognitif: Ekspresi pengetahuan dan aktivitas mental
Hubungan ini terdapatt dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menggambarkan suatu ekspresi kognitif atau ekspresi pengetahuan yang adadalam klausa utama.
17) Diskursus langsung
Hubungan diskursus langsung terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya merupakan kutipan langsung dari suatu kejadian, ucapan, pernyataan.
18) Diskursus tidak langsung
Hubungan diskursus tidak langsung terdapat pada kalimat majemuk yang klausa bawahannya merupakan suatu pernyataan yang direkam atau dilaporkan.
19) Pembandingan
Hubungan pembandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya menyatakan pembandingan, kemiripan, atau prefensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang dinyatakan pada klausa bawahan itu.
20) Perbandingan
Hubungan perbandingan adalah hubungan yang menunjukkan bahwa apa yang dinyatakan oleh klausa utama melebihi atau sama tarafnya dengan apa yang dinyatakan oleh klausa bawahan.
21) Komplementasi
Hubungan komplementasi adalah hubungan yang melengkapi verba atau nomina yang terdapat pada klausa utama.
22) Optatif (harapan)
Klausa utama kalimat majemuk yang berisikan hubungan optatif menyatakan harapan agar apa yang ada pada klausa bawahan dapat terjadi.
23) Atributif
Hubungan atributif ditandai oleh konjungsi yang pada klausa bawahan.
24) Perkecualian
Hubungan perkecualian terjadi apabila klausa bawahan menyatakan suatu perkecualian, maksudnya menyatakan sesuatu yang dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam klausa.
25) Keadaan ruang
Hubungan ini terdapat pada kalimat yang klausa bawahannya menggambarkan keadaan ruang klausa utama.
26) Waktu
Hubungan waktu ditunjukkan oleh klausa bawahan yang menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang disebutkan oleh klausa utama.
2.     Hubungan semantik dalam kalimat majemuk setara
1)    Penjumlahan
Hubungan penjumlahan adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan penjumlahan dapat menyatakan dapat menyatakan:
a.     Penjumlahan yang menyatakan sebab akibat
Terjadi apabila klausa kedua merupakan akibat dari klausa pertama.
b.     Penjumlahan yang menyatakan urutan waktu
Terjadi apabila klausa kedua merupakan urutan dari peristiwa yang terjadi pada klausa pertama.
c.     Penjumlahan yang menyatakan pertentangan
Terjadi apabila klausa kedua menyatakan seuatu yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan dalam klausa pertama.
d.     Penjumlahan yang menyatakan perluasan
Terjadi apabila klausa kedua memberikan informasi atau penjelasan tambahan untuk melengkapi pernyataan pada klausa pertama.
2)    Keadaan simultantif
Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk setara yang masing-masing klausanya menunjukkan suatu keadaan yang tidak saling berhubungan secara temporer.
3)    Perlawanan
Hubungan perlawanan adalah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan, atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan ini dapat dibedakan atas:
a.     Hubungan penguatan
Terjadi apabila klausa kedua membuat informasi yang menguatkan dan menandaskan informasi yang dinyatakan dalam klausa yang pertama.
b.     Perlawanan implikasi
Terjadinya apabila klausa kedua menyatakan sesuatu yang merupakan perlawanan terhadap implikasi klausa pertama.
c.     Perlawanan perluasan
Terjadi apabila klausa kedua merupakan informasi tambahan untuk melengkapi apa yang dinyatakan oleh klausa pertama, dan kadang-kadang justru memperlemahnya.
4)    Pemilihan
Hubungan pemilihan adalah hubungan yang mengandung pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan.
5)    Hubungan fase
Hubungan ini bersifat penahapan, yakni menggambarkan suatu peristiwa, dimulai dari permulaan, keberlanjutan, dan keberakhirannya.

Bab 21
Jenis kalimat berdasarkan fungsi pragmatik
1.     Jenis kalimat berdasarkan fungsi pragmatik
Kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat berfokus sebagian, kalimat berfokus penuh, kalimat berfokus kontras.
a.     Kalimat berfokus sebagian adalah kalimat yang terdiri atas unsur fokus dan latar. Contoh:
Sejarah kelam   tidak pernah dilupakan orang.
      Fungsi                             Latar
b.     Kalimat berfokus penuh adalah kalimat yang keseluruhan unsurnya merupakan fokus. Contoh:
Ø  Halo
Ø  Hati-hati
Ø  Selamat jalan, ya.
c.     Kalimat berfokus kontras adalah kalimat yang mengandung unsur positif dan negatif. Contoh:
Dialah yang korupsi,   bukan saya.
             Fokus                       Latar

Bab 22
Jenis kalimat berdasarkan fungsi eksternal kalimat
1.     Jenis kalimat berdasarkan fungsi eksternal
Fungsi eksternal  kalimat ada tujuh, yaitu fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi representasional, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif. Berdasarkan fungsi eksternal ini, kalimat dapat dipetakan menjadi (1) kalimat perintah yang berbentuk perintah biasa, perintah halus, ajakan, harapan, permohonan, larangan; (2) kalimat pengingkaran; (3) kalimat berita/deklaratif; (4) kalimat interpersonal; (5) kalimat interjeksi, (6) kalimat tanya, dan (7) kalimat imajinatif.
1)    Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan.
a.     Kalimat perintah biasa
Kalimat perintah biasa digunakan jika pembicara menyuruh lawan bicaranya berbuat sesuatu.
b.     Kalimat perintah halus
Kalimat perintah halus digunakan jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilakan lawan bicara berbuat sesuatu.
c.     Kalimat ajakan atau harapan
Kalimat ini digunakan jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara berbuat sesuatu.
d.     Kalimat permohonan
Kalimat ini digunakan jika pembicara, demi kepentingannya, meminta atau memohon lawan bicara untuk melakukan sesuatu.
e.     Kalimat larangan
Kalimat larangan digunakan untuk menyuruh lawan tutur tidak melakukan suatu tindakan.
2)    Kalimat pengingkaran
Kalimat pengingkaran adalah kalimat yang digunakan untuk menyatakan pengingkaran atau penyangkalan, baik berupa ketidaksetujuan, ketiadaan, maupun penolakan.
3)    Kalimat berita
Kalimat berita atau kalimat deklaratif adalah kalimat yang berfungsi untuk menginformasikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca.
4)    Kalimat interaksional
Kalimat ini digunakan untuk menjaga keberlangsungan komunikasi agar tetap lancar.
5)    Kalimat interjeksi
Kalimat ini digunakan untuk menyatakan perasaan atau emosi, seperti rasa takut, cemas, haru, simpati, empati, antipasti, kesal, marah, sedih, dsb.
6)    Kalimat Tanya
Kalimat Tanya biasanya digunakan untuk memperoleh informasi mengenai sesuatu.
7)    Kalimat imajinatif

ffKalimat imajinatif adalah jenis kalimat yang dibentuk dengan bahasa yang indah, puitis dan metaforik.